PADANG|Sidik24jam.com– Suatu saat, secara kebetulan saya salah satu masyarakat sebut saja, AD di kawasan Teluk Nibung mengaku sering mendengarkan kegiatan para guru dan siswa acara kultum pagi setiap jumat pagi.
“Saya merasakan kesulitan melihat anak-anak dengan kondisi kami masyarakat di permukiman pantai. Salah satunya di SD 21 di kawasan Teluk Nibung ini dikepalai oleh Farida, S.Pd.” terangnya.
Di sekolah diajarkan tentang sopan santun menghormati orang tua dan guru, peduli sesama, dan seterusnya. Sementara itu di rumah tangga juga diajarkan kebaikan. Namun, dengan lingkungan mereka sangat mengharapkan kepada guru agama Islam di SDN 21 Teluk Nibung.
“Saya pribadi jujur belum pernah mendengarkan gurunya mengaji atau pun membacakan lafas ayat atau hafiz alquran dengan benar. Setiap anak kuliah tujuh menit (KULTUM) di lapangan pagi setiap Jumat bacaan yang kurang jelas,saya pribadi sampai bertanya sama ustad di mesjid kalau bacaan ini apakah benar atau salah yang di bacakan oleh siswa.
“Saya merasa kurang nya strategi pembelajaran pendidikan agama tadi lah para siswa tidak semangat untuk mengaji,seharusnya guru agama mengajak sholat ke masjid tempat masyarakat bukan di mushola sekolah saja mengaktifkan kegiatan baca Alquran sehingga anak dan orang tua pun bekerjasama apa yang disampaikan guru agama di SDN Teluk Nibung.
Selain itu, saya merasakan bahwa jam yang disediakan untuk mengajar agama amat terbatas.
Disebutkan, tidak mungkin hanya dalam waktu sesingkat itu, ya begitulah jam yang disediakan oleh pemerintah, para siswa berhasil mampu membaca al Qur’an dan juga memiliki pengetahuan dasar yang seharusnya tentang agama Islam dengan catatan guru pendidikan agama Islam-pun lebih giat lagi mengkoordinir para siswa untuk meningkatkan ilmu agama baik di sekolah.
“Maupun dimasyarakat dengan mendisiplinkan aturan yang berlaku,contohnya mencek buku catatan sholat anak,atau mengajak anak membaca alquran bersama mengambil absensi anak yang mengaji atau tidak sehingga a bacaan tahfiz anak pas untuk dibacakan ,saya melihat beberapa kegiatan sekolah lain untuk ikut lomba, tapi di sekolah dasar 21 Teluk Nibung ini tidak ikut serta ,ada beberapa sekelumit pertanyaan bagi kami orang tua,”jelasnya.
Mendengarkan salah satu siswa guru pendidikan agamanya berkata “Dima ang kalua di lahirkan amak ang? baa mode iko ang?,” itu cakapannya dalam bahasa Minang.
Hal itu, tak pantas seorang guru berkata kepada siswa dalam kelas, seperti tidak dibimbing oleh pengawas binaan disekolah dan menjadi kebiasaan sehingga setiap pagi pun menyiapkan anak memakai microfon kami mendengar di lingkungan masyarakat tidak enak hati dengan bahasa gurunya.
Hingga berita ditayangkan media masih mengumpulkan informasi dan upaya konfirmasi pihak terkait lainnya.